Keaneka ragaman budaya di Yogyakarta sangat komplek, dengan bukti
keberadaan bangunan bangunan yang menggambarkan dan juga masih berfungsi
hingga saat ini. Salah satu bangunan yang masih berfungsi dan tetap
berdiri kokoh sebagai satu bukti keragaman di Yogyakarta adalah
Klenteng. Klenteng adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat
peribadatan.
Di Yogyakarta terdapat dua Klenteng yang masih dipergunakan hingga
saat ini yakni Klenteng Hok Tik Bio atau lebih dikenal dengan nama
Klenteng Gondomanan atau Klenteng Budha Prabha dan Klenteng Kwan Tee
Kiong atau lebih dikenal dengan nama Klenteng Poncowinatan.1. Klenteng Poncowinatan/Klenteng Kwan Tie Kiong
Klenteng ini didirikan diatas tanah Sultan Ground dengan luas 2.000 meter persegi sedangkan bangunannya sendiri seluas 1.500 meter persegi, berada di Jl. Poncowinatan 16, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta atau tepatnya disebelah utara pasar Kranggan. Bangunan Klenteng ini merupakan bangunan tua karena sudah ada sejak tahun 1881 dan terdaftar sebagai Bangunan Cagar Budaya di Yogyakarta yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.07/PW.007/MKP/2010. Bangunan Klenteng Poncowinatan sampai sekarang ini belum pernah mengalami renovasi yang berarti. Bagian Lantai menggunakan tegel sedangkan dinding berupa batu bata yang diplester sedangkan bagian atap terbuat dari kayu jati. Beberapa tiang penyangga dan juga bagian atas terdapat ornamen berukir atau semacam relief, seperti naga di tiang dan beberapa di tembok. Pada bagian atas bangunan ini terdapat juga patung naga yang salin berhadapan.
Pada bagian tengah merupakan ruangan utama yang terdapat patung Kwan Tie Koen (Dewa keadilan). Dari ruangan inilah dimulai urutan ritual sembahyang, yang harus menyelesaikan sebanyak 17 altar sembahyang, yang pada tiap tiap altar kita harus membakar hio sebanyak 3 buah. Hio ini setelah dibakar dan sebagai sarana doa untuk menancapkan dialtar harus dalam posisi seperti kipas yakni satu ditengah dengan posisi tegak dan dua disamping kanan kirinya dalam posisi miring. Setelah di Ruangan utama kami diantar oleh Mas Eka Putera berkeliling melihat altar yang berada disekeliling ruangan utama, disetiap altar yang kami lihat terdapat patung diantaranya Dewi Kwan Im, Nabi Kong Hu Chu, Dewi Kiu Tian Sien Nie dan masih banyak lagi
Pada ruangan utama ini juga terdapat meja persembahan yang dapat dipergunakan bagi siapa saja yang ingin menyampaikan persembahan yang berupa buah buahan, namun ada beberapa buah yang tidak boleh dipersembahkan yakni buah yang berduri seperti halnya durian, rambutan dll. Anda bisa memberikan buah pisang, apel, per, dll dan harus berjumlah ganjil.
0 komentar:
Posting Komentar