MASJID AGUNG YOGYAKARTA: DULU DAN KINI
Masjid Agung Keraton Yogyakarta adalah bangunan masjid yang didirikan di pusat (ibukota) kerajaan. Bangunan ini didirikan semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Perencanaan ruang kota Yogyakarta konon didasarkan pada konsep taqwa. Oleh karenanya, komposisi ruang luarnya dibentuk dengan batas-batas berupa penempatan lima masjid kasultanan di empat buah mata angin dengan Masjid Agung sebagai pusatnya. Sedangkan komposisi di dalam menempatkan Tugu (Tugu Pal Putih) - Panggung Krapyak sebagai elemen utama inti ruang. Komposisi ini menempatkan Tugu Pal Putih-Keraton-Panggung Krapyak dalam satu poros.
Bangunan serambi masjid berbentuk denah empat persegi panjang. Serambi didirikan di atas batur setinggi satu meter. Pada serambi ini terdapat 24 tiang berumpak batu yang berbentuk padma. Umpak batu tersebut berpola hias motif pinggir awan yang dipahatkan. Atap serambi masjid berbentuk limasan.
Sejak awal mula hingga sekarang Masjid Agung Keraton Yogyakarta merupakan masjid yang sangat penting tidak saja untuk tempat peribadatan umat Islam secara umum, namun juga untuk penyelenggaraan upacara-upacara adat Keraton Yogyakarta.
Masjid Agung Keraton Yogyakarta adalah bangunan masjid yang didirikan di pusat (ibukota) kerajaan. Bangunan ini didirikan semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Perencanaan ruang kota Yogyakarta konon didasarkan pada konsep taqwa. Oleh karenanya, komposisi ruang luarnya dibentuk dengan batas-batas berupa penempatan lima masjid kasultanan di empat buah mata angin dengan Masjid Agung sebagai pusatnya. Sedangkan komposisi di dalam menempatkan Tugu (Tugu Pal Putih) - Panggung Krapyak sebagai elemen utama inti ruang. Komposisi ini menempatkan Tugu Pal Putih-Keraton-Panggung Krapyak dalam satu poros.
Bangunan
Masjid Agung Keraton Yogyakarta berada di areal seluas kurang lebih
13.000 meter persegi. Areal tersebut dibatasi oleh pagar tembok
keliling. Pembangunan masjid itu sendiri dilakukan setelah 16 tahun
Keraton Yogyakarta berdiri. Pendirian masjid itu sendiri atas
prakarsa dari Kiai Pengulu Faqih Ibrahim Dipaningrat yang
pelaksanaannya ditangani oleh Tumenggung Wiryakusuma, seorang
arsitek keraton. Pembangunan masjid dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama adalah pembangunan bangunan utama masjid. Tahap kedua
adalah pembangunan serambi masjid. Setelah itu dilakukan
penambahan-penambahan bangunan lainnya.
Bangunan
Masjid Agung terdiri dari beberapa ruang, yaitu halaman masjid,
serambi masjid, dan ruang utama masjid. Halaman masjid terdiri atas
halaman depan dan halaman belakang. Halaman masjid merupakan
ruangan terbuka yang terletak di bagian luar bangunan utama dan
serambi masjid. Halaman ini dibatasi oleh tembok keliling. Sedang
halaman belakang masjid merupakan makam Nyi Achmad Dahlan dan
beberapa makam lainnya.
pintu gerbang utama.
Bentuk pintu gerbang yang sekrang ini adalah semar tinandu dengan
atap limasan. Pada kedua sisi gapura ini terdapat dua bangunan yang
disebut bangsal prajurit. Pintu gerbang dihubungkan dengan sebuah
jalan yang membelah halaman depan menjadi dua bagian. Jalan ini
diapit dua buah bangunan yang dinamakan pagongan.
Bangunan
serambi masjid dipisahkan dari halaman masjid. Bangunan pemisahan
itu berupa pagar tembok keliling dengan lima buah pintu masuk. Pada
sisi timur terdapat tiga buah pintu dan satu buah pada sisi utara
serta selatan. Bangunan serambi ini juga dikelilingi dengan sebuah
parit kecil (kolam) pada sisi utara, timur, dan selatan.
Tempat/bangunan yang digunakan untuk berwudhu terdapat di sebelah
utara dan selatan serambi. Hanya saja parit tersebut sekarang tidak
tampak lagi. Anda dapat membandingkan dua gambar yang ditampilkan
di tembi. Temukan perbedaan antara keduanya. Barangkali Anda bisa
ikut memperkirakan bagaimana kira-kira bangunan Masjid Agung
Yogyakarta di masa lalu.Bangunan serambi masjid berbentuk denah empat persegi panjang. Serambi didirikan di atas batur setinggi satu meter. Pada serambi ini terdapat 24 tiang berumpak batu yang berbentuk padma. Umpak batu tersebut berpola hias motif pinggir awan yang dipahatkan. Atap serambi masjid berbentuk limasan.
Sejak awal mula hingga sekarang Masjid Agung Keraton Yogyakarta merupakan masjid yang sangat penting tidak saja untuk tempat peribadatan umat Islam secara umum, namun juga untuk penyelenggaraan upacara-upacara adat Keraton Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar